
Ojang Sohandi yang resmi dilantik menjadi Bupati Subang pada
19 November 2013 merupakan warga asli Desa Cibogo Kecamatan Cibogo, Subang. Anak
kedua dari dua bersodara itu, lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya Ukma
Sopandi dan ibunya Empay Icih.
Sebagai anak desa yang terpelajar, tekun dan disiplin, Ojang
Sohandi menyelesaikan pendidikannya dari
mulai tingkat dasar di SDN Cibogo, SLTPN 1 Cibogo dan merupakan lulus SMAN 1
Subang. Setelah lulus SMA seterusnya melanjutkan pendidikan S1nya di STPDN.
lalu melnjutkan S2nya di STIAMIK Jakarta dan lulus pada tahun 2007.
Karir pemuda kelahiran 27 Juli 1978 silam itu, sebelum
terjun didunia politik sempat menjadi Ajudan Bupati pada masa kepemimpinan Eep
Hidayat periode 2003-2008. Namun pada Pilkada Subang 2018, Eep Hidayat menggaet
dirinya menjadi Wakil Bupati. Dengan
nomor urut 1 pada Pilkada tersebut Eep Hidayat maju kembali menjadi bupati
Subang kedua kalinya yang berpasangan dengan Ojang Sohandi.
Nama Ojang Sohandi mulai banyak diperbincangkan publik saat
bupati Eep Hidayat pada tahun 2011 diberhentikan sementara karena tersandung
kasus korupsi dan membuat Ojang Sohandi secara otomatis menjadi pelaksana tugas
(plt) bupati. Tak lama kemudian setelah
Eep Hidayat dinayatakan bersalah atas
tindak pidana korupsi oleh MA. Pada 9 Agustus 2012 Ojang Sohandi dilantik
menjadi Bupati Subang.
Mantap ingin memimpin Subang yang kedua kalinya, Ojang
Sohandi kembali mencalonkan diri pada Pilkada Kabupaten Subang tahun 2013
berpasangan dengan Imas Aryumningsih. Nasib baik kembali berpihak kepada Ojang
Sohandi, dirinya dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Subang yang kedua
kalinya. Selain dipercaya untuk memimpin Subang, Ojang Sohandi juga saat ini
dipercaya menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Subang.
Ojang Sohandi yang sempat dinobatkan sebagai bupati termuda
itu, selain sukses dikarir politiknya. Dirinya juga sukses menyunting Dewi
Nurmalasari sebagai istrinya, hingga dikaruniai dua orang anak bernama Putra
Deoz Raga Indaru dan putri Deoz Anindia maheswari.
Langkah Ojang Sohandi
menjabat bupati Subang yang kedua kalinya sangat mantap, bicarapun
lantang, namun Ojag Sohandi tetap rendah hati, tidak sesumbar seperti politisi
yang bicara ceplas ceplos. Ia merupakan orang santun, luwes dan selalu
menghargai terhadap kawan dan lawan politik.
Saat ini Kabupaten Subang yang dipimpin oleh Ojang Sohandi
memiliki misi PRO RAKYAT yang merupakan kepanjangan dari Peningkatan kegiatan keagamaan dan pendidikan
yang berakhlakul karimah; Rehabilitasi
saran umu; Optimalisasi percepatan
desa/kelurahan mandiri gotong royong;
Responsif terhadap aspirasi masyarakat untuk meningkatkan pembangunan; Aktualisa potensi budaya lokal kabupaten
Subang; Kuatkan kelembagaan ekonomi
kerakyatan di masyarakat; Yakinkan
masyarakat untuk tetap berkarya dan lebih mencintai Subang; Akselerasi pembangunan insprastruktur yang
berbasis gotong royong; Tingkatkan
kualitas sumber daya manusia, aparatur pemerintah dan masyarakat yang
kompetitif dan kreatif.
Adapun dalam strategi pembangunan Kabupaten Subang dibawah kepemimpinan Ojang Sohandi memiliki 5 Gapura yang merupakan
kepanjangan dari Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat. Kelima Gapura tersebut
yakni Gapura Permata (pemerintah
bermartabat; Gapura Intan (Infrastruktur Berkelanjutan); Gapura Emas (Ekonomi
Masyarakat); Gapura Perak (Pendidikan untuk Rakyat) dan Gapura Serasi (Sehat,
rapih, bersih dan Indah).
Kabupaten Subang yang memiliki misi Pro Rakyat dan program
Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat tersebut saat ini dikategorikan sebagai
Kabupaten terluas se-Purwasuka (Purwakarta, Subang dan Karawang) dengan luas
sekitar 2.052 km², selain itu Subang merupakan wilayah terlengkap karena
memiliki daerah laut, daratan dan pegunungan.
Kata Ojang Sohandi
Soal Gapura
Dibawah kepemimpinan Bupati Subang, Ojang Sohandi
meluncurkan beberapa program unggulan, salah satunya program Gapura dan untuk
mendukung program tersebut setiap kantor pemerintahan baik desa, kecamatan dan
dinas di Kabupaten Subang diwajibkan untuk dibagun gerbang Gapura disetiap
pintu masuknya. Dibangunnya Tugu Gapura disetiap kantor pemerintahan tersebut
merupakan implementasi dari Program Gapra.
“Iya, semua kantor pemerintahan yang berada di Kabupaten
Subang wajib menggunakan gerbang Gapura, karena itu ikon program kita. Bahkan
di setiap desa sudah kita anggarkan Rp50 juta untuk membuat gerbang gapura
itu,” katanya.
Pembangunan gerbang Gapura tersebut, menurut Ojang, bisa di
artikan dalam simbol kebersamaan dan keseragaman yang harus diangkat. Karena saat
ini masih ada beberapa desa yang sampai puluhan tahun tidak membangun.
“Nah dengan dianggarakannya untuk pembangunan gapura itu,
merupakan implementasi dari sebuah keseragaman,” tuturnya.
Menurutnya, aset terbesar dalam sebuah organisasi bisa
diukur dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliknya. Maka dari itu untuk
meningkatkan SDM tersebut dibuatlah ikon Kabupaten Subang yakni Gapura. Dengan
program tersebut, lanjut Ojang, diharapkan kedepannya semua masyarakat bisa
lebih kompak dalam segala hal untuk membuat Subang menjadi Kabupaten yang
menjadi contoh pembangunan bagi kabupaten lainnya.
“Inspirasi tugu Gapura itu saya dapat setelah melihat tugu
warisan jaman P & T-Land (Pamanoekan & Tjiasem-Land, red) di Big House,
bentuk gapuranya berbeda dengan yang lain dan itu simbol satu-satunya Kabupaten
Subang yang tersisa,” jelas Ojang.
Tugu gapura yang memiliki tiga tahap tersebut merupakan
simbol Kabupaten Subang yang memiliki lautan, pegunungan dan daratan dan yang
bagian paling atas merupakan simbol padi yang merupakan kebanggaan masyarakat
Kabupaten Subang.
“Tugu gapura itu memiliki tiga tahap dan tahap
ketiga ada simbol padinya. Kenapa simbol padi, karena Subang merupakan lumbung
padi nasional,” pungkasnya. (*)
***Sumber: Harian Umum Karawang Bekasi Ekspres Edisi 1 September 2015
Follow @rakyatsubang